BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Lumut merupakan tumbuhan kecil, lembut.
Mereka tidak mempunyai bunga atau biji, dan daun-daun yang sederhananya menutupi
batang liat yang tipis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh
di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan
lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang
luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain
dan tumbuhan yang lainnya. Lumut tumbuh di berbagai tempat, yang hidup pada
daun-daun disebut sebagai epifit. Jika pada hutan banyak pohon dijumpai epifit
maka hutan demikian disebut hutan lumut. Bryophyta terbagi dalam 3 golongan
yaitu: Lumut hati, lumut daun dan lumut tanduk.
Dalam makalah ini kami akan
mencoba membahas mengenai lumut tanduk. Lumut tanduk merupakan kelompok kecil
yang berkerabat dengan byophyta lainnya tetapi cukup berbeda untuk
memisahkannya dalam kelas tersendiri yang mencakup kira-kira 300 spesies. Genus
yang paling dikenal ialah Anthoceros, dan spesies-spesiesnya agak umum
dijumpai di tepi sungai atau danau dan acapkali disepanjang selokan, tepi jalan
yang basah atau lembab. Tubuh utama adalah gametofitnya yang berwarna biru
gelap, berlekuk-lekuk dan bentuknya agak bulat. Sel-selnya biasanya mengandung
satu kloroplas yang besar yang mencakup pirenoid, yang diduga ada persamaan
dengan pirenoid algae tertentu. Untuk selengkapnya akan dibahas pada Bab II.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
Kharakteristik Lumut Tanduk?
2. Bagaimana cara
perkembangbiakan Lumut Tanduk?
3. Apa Peran Lumut
tanduk dalam Kehidupan sehari-hari?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui kharakteristik
Lumut Tanduk.
2. Untuk mengetahui siklus
hidup Lumut Tanduk.
3. Untuk mengetahui
peran Lumut Tanduk dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mengenal Lumut Tanduk
Lumut tanduk atau disebut juga Anthocerotopsida
adalah anggota tumbuhan tidak berpembuluh dan tumbuhan berspora yang
termasuk dalam superdivisi tumbuhan lumut atau Bryophyta.
Tumbuhan ini biasa hidup
melekat di atas tanah dengan perantara rizoidnya. Lumut tanduk mempunyai talus yang sederhana dan
hanya memiliki satu kloroplas pada tiap selnya. Pada bagian bawah talus terdapat stoma dengan dua sel
penutup. Lumut ini dikatakan lumut tanduk karena sporofit lumut tanduk
mempunyai sporofit memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari gametofit.[1]
Perbedaan lumut tanduk dengan lumut hati adalah sporofitnya yang membentuk
kapsul memanjang dengan hamparan gametofit seperti karpet yang lebar.[2] Lumut
tanduk berdasarkan asam nukleatnya memiliki kekerabatan hubungan yang dekat
dengan tumbuhan berpembuluh (trakeofita/tumbuhan vaskuler).
gb.
Sporofit pada Lumut tanduk
Lumut ini sering dijumpai di tepi-tepi sungai atau
danau dan seringkali disepanjang selokan, dan ditepi jalan yang basah atau
lembab.
2.2 Kharakteristik Lumut Tanduk
Tubuh utama lumut tanduk adalah gametofitnya yang
berwarna biru gelap, berlekuk-lekuk dan bentuknya agak bulat. Sel-selnya
biasanya mengandung satu kloroplas yang besar yang mencakup pirenoid, yang
diduga ada persamaan dengan pirenoid algae tertentu. Sporofit biasanya kapsul
berbentuk silinder yang berbentuk bulir dengan panjang beberapa sentimeter, dan
kadang-kadang sampai 5-6 cm. pangkal sporofit dibentuk dengan selubung dari
jaringan gametofit. Dasar kapsul meluas arah ke bawah sebagai kaki, suatu organ
yang melekat dan menyerap, terbena dalam-dalam di dalam jaringan
talusnya. Dalam beberapa segi, struktur kapsul Anthoceros menyerupai
kapsul lumut sejati.
Stuktur kapsul Anthoceros dalam beberapa segi menyerupai kapsul
tumbuhan lumut, suatu kondisi yang dianggap sebagai suatu contoh untuk evolusi
konvergen. Irisan melintang melalui kapsul menunjukan kelompok sel-sel steril,
yaitu kolumnela, di tengah-tengah. Sekeliling kolumner terdapat silinder
berongga yang berisi elater dan tetrad spora-spora. Kedua struktur ini secara
vertical memanjang ke seluruh kapsul. Di luar ada zona sel-sel steril yang
terlindung oleh epidermis diselingi oleh stomata yang sama dengan stomata pada
tumbuhan berpembuluh. Adanya kloroplas dalam sel-sel daerah steril tadi
menyebabkan sporofit matang hampir seluruhnya tidak bergantung pada gametofit
akan bahan makanan, meskipun masih memerlukan air dan mineral dari gametofit.
Gametofit mempunyai talus yang berbentuk cakram dengan tepi bertoreh, tidak
ada percabangan menggarpu, tumbuh melekat pada tanah dengan riziod.[3]
Susunan talusnya masih sederhana. Sel-selnya hanya mempunyai satu kloroplas
dengan satu pirenoid yang besar, hingga mengingatkan kita pada koloroplas
sel-sel gangang. Pada sisi bawah talus terdapat stoma dengan dua sel penutup
yang berbentuk ginjal. Sporogonium tidak bertangkai, mempunyai bentuk seperti
tanduk, panjangnya 10-15 cm. Sepanjang poros bujurnya terdapat jaringan yang
terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumela. Kolumela itu diselubungi oleh jaringan
yang akan mengasilkan spora, yang disebut arkespora. Selain spora,
arkespora juga menghasilkan sel-sel mandul yang dinamakan elatera.
2.3 Cara Perkembangbiakan Lumut Tanduk
Lumut tanduk juga mengalami pergiliran keturunan (metagenesis). fase sporofit
dan fase gametofit terjadi secara bergiliran. Perkembangbiakan secara seksual,
dengan membentuk arteridium dan arkhegonium. Anteridium terkumpul pada suatu
lekukan sisi atas talus. Zigot mula-mula membelah menjadi 2 sel dengan satu
dinding pisah melintang. Sel yang diatas terus membelah yang merupakan
sporogonium, diikuti juga oleh sel bagian bawah yang membelah terus-menerus
membentuk kaki sporogonium. Bagi sporogonium kaki itu berfungsi sebagai alat
penghisap, bila sporogonium masak akan pecah seperti buah polongan,
menghasilkan jaringan terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang
dinamakan kolumela. Kolumela ini diselubungi oleh jaringan yang kemudian akan
menghasilkan spora, yang disebut arkespora. secara aseksual dengan pembentukan spora, fragmentasi,
pembentukan kuncup.

Gb.
Perkembangbiakan lumut tanduk secara seksual
2.4
Klasifikasi Lumut Tanduk
Anthocerotae terdiri
dari satu bangsa yaitu Anthocerotales, suku Anthocerotaceae dan genus yaitu Anthoceros dan Notothylus.[4]
·
Genus
Anthoceros
ciri-cirinya :
a.
Sporogoniumnya
panjang, silindris dan tumbuh tegak di permukaan talus.
b.
Bagian
pangkal dari sporogonium diselubungi oleh involukrum.
c.
Sel-sel
dinding kapsul mengandung kloroplas, dan terdapat stomata.
d.
Di
dalam kapsul spora terdapat kolumela.
e.
Contoh spesies dari genus ini adalah : Anthoceros agrestis.

Gb.
Lumut tanduk Anthoceros agrestis.
·
Genus
Notothylus
Ciri-cirinya :
- Sporogonium pendek, tumbuh horizontal, dan terdapat pada tepi talus.
- Dinding kapsul tidak ada sel-sel yang mengandung kloroplas, dan tidak ada stomata.
- Ada jenis-jenis yang mempunyai kolumela tetapi ada juga yang tidak mempunyai kolumela.
- Bagian pangkal sporogonium tidak diselubungi involukrum.
- Contoh spesies dari genus ini adalah : Notothylas javanica.

Gb.
Lumut tanduk Notothylas javanica.
2.5
Peranan Lumut Tanduk dalam Kehidupan Sehari-hari
Tumbuhan lumut digunakan oleh
ilmuwan sebagai model dalam experimen biologi tumbuhan. Tumbuhan lumut juga
memiliki peran dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen, penyimpan air, dan
sebagai penyerap polutan.[5]
Tumbuhan ini juga dikenal sebagai tumbuhan perintis, mampu hidup di lingkungan
yang kurang disukai tumbuhan pada umumnya, atau bisa dikatakan sebagai tumbuhan
pioner.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari
makalah tesebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Anthocerotae mempunyai sporofit memanjang yang tumbuh
seperti tanduk dari gametofit sehingga lumut ini
disebut dengan Lumut tanduk.
2.
Gametofitnya menyerupai lumut hati dan
menempel ditanah dengan perantara riziod-rizoidnya.
3.
Lumut tanduk hidup di tepi-tepi sungai atau danau dan seringkali
disepanjang selokan, dan ditepi jalan yang basah atau lembab.
4.
Cara
perkembangbiakan lumut tanduk dengan cara Aseksual dan seksual. Cara aseksual
dengan pembentukan spora, dan seksualnya dengan membentuk arkegonuim dan
anteridium.
5.
Lumut tanduk
hanya memiliki satu suku yaitu Antocerotales, dan memiliki dua genus yaitu Antoceros dan Nothotylus.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, A.Neil. 2010.
Biologi. Jakarta : Erlangga
Christopher Taylor. http://taxondiversity.fieldofscience.com/2012/04/ anthocerotophyta.html. diakses
pada 9 Desember 2013
Hasnunidah,
Neni. 2007. Buku
Ajar Botani Tumbuhan Tingkat Rendah. Lampung : Universitas Lampung
Pratiwi,
D.A. 2004. Buku Penuntun Biologi SMA1. Jakarta
: Erlangga